Muslim Pelosok Karangasem Dua Jam Berjalan Kaki ke Mesjid

MEREKA berjalan menurun dan menaiki jalan-jalan setapak di antara lembah-lembah. Panas terik yang membakar kepala tak dihiraukan. Mereka terus berjalan bergegas seakan memburu waktu. Sejatinya bukan waktu yang mereka kejar, namun pahala shalat berjamaah di masjid.
Gambaran itu terekam di Desa Yeh Banges Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem. Sebuah desa “kaki langit” dengan pemandangan lembahnya nan eksotik. Namun sayang fasilitas ibadah bagi mereka begitu jauh, hingga mereka harus menempuh perjalanan selama dua jam untuk sampai ke masjid terdekat.
Yang menarik, hari Jumat bisa dibilang hari libur bagi mereka. Kegiatan bertani mereka hentikan. Pukul 10.00 WITA mereka sudah berjalan berarak menuju masjid. Begitu shalat Jumat usai, mereka tidak langsung pulang namun, mereka menunggu hingga ashar tiba, tak jarang sampai maghrib.
Sekitar tahun 1993, warga muslim Desa Yeh Banges bergotong royong mendirikan mushala, namun tak bertahan lama. Alhamdulillah ada muslim yang peduli dengan merenovasi mushala tersebut dan saat ini tengah dalam pekerjaan. 
Ternyata yang demikian tidak hanya terjadi di Yeh Banges semata. Simak saja penuturan nenek Saniah, 72 tahun, di desa Kampung Anyar. Nenek yang senantiasa shalat Tarawih di Masjid At Taqwim. Ia menuturkan untuk shalat Tarawih ia harus berangkat setelah Ashar, sekalian ta'jil di masjid. Tentu tak langsung pulang karena nenek Saniah melanjutkan hingga Tarawih usai.
“Setiap hari saya seperti ini kalau puasa. Saya berangkat bersama anak-anak dan menantu. Jam sebelas malam baru sampai rumah lagi,” katanya.Perjalanan malam nenek Saniah juga bukan sebuah perjalanan yang nyaman. Lantaran tak ada penerang jalan hingga mereka mengandalkan lampu senter.
Masih ada kisah lain. Seperti disampaikan H Nuruddin, tokoh masyarakat Karangasem, jika ada anak-anak yang harus menginap di masjid kala belajar mengaji. Saking jauhnya mereka memilih tidak pulang ke rumah. (nang)