Senin, 20 April 2009

Innalillahi wa inna ilaihi roji’un



Pak Tri Berpulang Ketika Bu Darwati di Opname
Assalamu’alaikum wa rohmatullahi wa barokaatuh
Innalillahi wa inna ilaihi roji’un,,, Sesungguhnya semua berasal dari Allah dan kepada-Nya akan kembali.
Sahabat amanah Ukhuwwah, pasien dhuafa penderita tumor, Pak Tri Cahyono telah dipanggil oleh Allah SWT saat dalam perjalanan menuju ke kampung halamannya ketika dijemput oleh keluarga.
Berita terakhir yang kami rilis adalah kondisi Pak Tri yang mulai membaik pasca operasi pembuatan jalan makanan di perut, namun sejatinya hal tersebut tidaklah memberikan efek yang signifikan mengingat penyakit utamanya adalah tumor ganas yang terus tumbuh ketika semua sibuk memulihkan kondisi Pak Tri. Dalam waktu menunggu kondisi Pak Tri pulih inilah pertumbuhan tumor hidungnya sangat cepat, bayangkan hanya dalam waktu satu malam terlihat jelas perbedaan fisik yang terjadi.
Hari Jum’at (17/4) kami dikabari kondisi Pak Tri kritis, kabar tersebut kami terima dari donatur yang langsung datang menyampaikan kepedulian terhadap Pak Tri di rumah sakit, namanya Pak Edy. Kami langsung menuju ke RS untuk mengecek. Ternyata kondisinya memang buruk, nafasnya sudah tersengal-sengal dengan dibantu oksigen. Terlihat beberapa tetangga Bu Darwati sedang membaca do’a di samping Pak Tri. Sementara itu kami mendengar kabar bahwa, paginya Bu Darwati sempat pingsan karena kelelahan, ngantuk, dan tidak banyak makanan yang masuk karena dia tidak mau meninggalkan Pak Tri barang sejenakpun. Kami menkonsultasikan kondisi Pak Tri dengan dokter spesialis tumor yang kebetulan sedang berkunjung, Dr. Eva dan Dr. Ellin. Mereka menyarankan tindakan pemberian obat untuk mengurangi pembengkakan di otak, namun dengan kondisi psikis yang cukup tertekan ditambah kelelahan yang mendera, Bu Darwati tidak dapat diajak untuk berunding mengenai tindakan medis yang memerlukan persetujuannya.
Akhirnya kami dari pihak YKSU yang diminta untuk meminta persetujuan bu Darwati, Alhamdulillah bu Darwati menyetujuinya meskipun dengan susah payah kami menjelaskannya.
Sampai dengan pukul 10 pagi kami masih di RS, dokter kemudian menyarankan untuk men CT scan otak Pasien guna mengetahui pembengkakan yang terjadi. Namun setelah mempertimbangkan kondisi dan urgenitas tindakan tersebut yang tidak memberikan harapan penyembuhan, bu Darwati menolak tindakan tersebut sambil membisikkan kepasrahannya kepada kami.
Selang beberapa waktu kemudian, bu Darwati terjatuh pingsan kambali. Untuk kali ini pingsan bu Darwati cukup lama sehingga kami membawanya ke ruang Triage RSUP Sanglah untuk perawatan. Darwati sempat siuman dan meronta untuk menunggui Pak Tri, namun pingsan kembali sampai diharuskan opname. Dan yang membuat kami semakin trenyuh, Darwati di opname tidak sekamar dengan Pak Tri, hal ini membuat tetangga-tetangga yang peduli harus bolak-balik untuk mengurusi kedua pasien ini. Akhirnya pembagian tugas dilakukan, tetangga yang perempuan mengurusi Bu darwati dan tetangga yang lelaki menunggui Pak Tri, sebuah kesalehan sosial yang begitu mengharukan. Ada Bu Ida yang memohon ijin suaminya untuk tidak pulang karena kasihan melihat kondisi Bu Darwati dan Pak Tri. Kemudian Pak Mujiono yang harus ijin meninggalkan pekerjaannya dan tidak tidur semalaman karena terpanggil untuk membantu menjaga Pak Tri. Subhanallah. Terimakasih.
Keesokan harinya, Sabtu (18/4), kami ke RS kembali, dan disana sudah menunggu keluarga Pak Tri dari Surabaya. Melihat kondisi Pak Tri, mereka berkeinginan untuk membawa pulang Pak Tri dengan telah mempertimbangkan berbagai resiko yang akan terjadi. Dan dokter juga sudah menyerahkan kondisi Pak Tri kepada keluarga, mereka menjelaskan bahwa Pak Tri sudah sangat parah.
Akhirnya kami mengkonsultasikan hal ini kepada Bu Darwati yang masih tergolek lemas di ruang Lely RSUP Sanglah. Pada awalnya keluarga Pak Tri mengajak serta Bu Darwati dan anak-anak bersama mereka, namun karena alasan pribadi, yang kami tidak dapat ikut campur di dalamnya, Bu Darwati tidak bersedia ikut, dia mamasrahkan perawatan Pak Tri kepada keluarga sambil berpesan agar dia selalu dikabari kondisi Pak Tri selama di Jember nantinya. Keluarga Pak Tri mengungkapkan kepada YKSU bahwa mereka tidak mempunyai dana untuk menyewa ambulan guna membawa Pak Tri. Akhirnya kami dari YKSU menyediakan ambulance gratis serta tabung oksigen yang kami beli khusus untuk Pak Tri.
Sebelum berangkat, urusan administrasi kami selesaikan semua beserta kelengkapan untuk Pak Tri. Teman, tetangga, perawat semua melepas Pak Tri dengan sedih, tentu lebih sedih lagi Bu Darwati yang melepas keberangkatan suaminya dari kursi roda yang didorong teman-temannya. Terlihat anak tertua mereka, Bagus, kelas 5 SD, menangis sesenggukan. Sementara yang kecil masih dititipkan di tetangga kosan mereka. Tidak sedikit pula teman dan tetangga dari keluarga, yang tekenang baik ini, ikut menangis mengiringi keberangkatan Pak Tri.
Kami berangkat diiringi adzan Ashar sabtu sore yang menggema. Kami sempat mampir ke kosan Pak Tri untuk mengambil beberapa barang sekalian berpamitan dengan tetangga yang lain. Tampak anak Pak Tri yang terkecil (3 bulan) sedang digendong oleh salah seorang tetangga, masih terlihat gemuk dan lucu. Sempat hati ini trenyuh membayangkan anak sekecil ini tidak sempat merasakan kasih sayang ayahnya seperti anak-anak yang lainnya.
Perjalanan cukup panjang, di atas kapal penyebrangan Gilimanuk-Ketapang, Pak Tri sempat diberi susu dan obat melalui lubang diperutnya. Kondisinya masih seperti tadi siang, dengan bantuan pernafasan dari selang oksigen yang kami belikan dari dana donatur yang masuk.
Sekitar pukul 21.20 di daerah Glenmore, Banyuwangi, hape tua saya bordering, “Assalamu’alaikum, Innalillahi wa inna ilaihi roji’un, Innalillahi wa inna ilaihi roji’un, Innalillahi wa inna ilaihi roji’un, pak, Pak Tri sudah tidak ada. Kami berterimakasih atas semua bantuannya selama ini terhadap adik saya,” suara serak dengan iringan tangisan ini berasal dari Pak Eko yang duduk di kursi belakang tempat Pak Tri ditidurkan dalam ambulance. Telepon langsung ditutup. Kami menoleh kebelakang, tampak wajah Pak Tri sudah ditutupi kain batik yang dijadikan selimut, sementara sang ibu yang sudah lanjut usia tampak duduk dengan susah payah berusaha mendekat ke tubuh Pak Tri (karena sempitnya ruangan dalam ambulance). 
Innalillahi wa inna ilaihi roji’un, akhirnya Allah lebih menyayangi engkau Pak Tri. Selamat jalan Pak Tri, mudah-mudahan penderitaanmu yang engkau hadapi dengan sabar mensucikan dirimu dihadapan-Nya. Amiin.
Donatur yang budiman, kami mengucapkan terimakasih atas segala kepedulian anda sekalian, baik yang langsung menyalurkannya ke rumah sakit maupun yang melalui YKSU. Semoga amal kebaikan donatur sekalian dibalas dengan yang lebih baik oleh Allah swt.
Kini kami masih menangani pembiayaan untuk Bu Darwati yang masih tergolek lemah di Ruang Lely RS Sanglah. Kabar terakhir dari Dr. Dewi Pradnyawati, dokter jaga ruang Lely RSUP Sanglah, Bu Darwati mengalani depresi ringan akibat rasa kehilangan yang dalam, dokter jaga belum memperbolehkan Darwati pulang karena khawatir dengan kondisi psikisnya, “Potensi untuk mencelakai diri ada di Bu Darwati,” ujar Dr. Dewi yang menangani kejiwaan pasien di ruang Lely RSUP Sanglah ketika bertemu YKSU, Senin (20/4). Rencananya besok Selasa (21/4) bagian neurologi akan datang memeriksa karena ketika terjatuh pingsan saat mengunggui Pak Tri, Darwati sembat terbentur di bagian belakang kepalanya.
Dengan ini LAZ YKSU mengucapkan banyak terimaksaih kepada seluruh donatur yang telah peduli, dan kami dengan ini menutup penggalian dana untuk pengobatan Pak Tri. Jika ada dana yang masuk yang diperuntukkan untuk pengobatan Pak Tri setelah tanggal 21 April 2009 akan kami gunakan untuk program kemanusiaan lainnya yang akan datang.
Kami berharap anda masih bersedia menerima email-email dari YKSU berikutnya yang berisi beragam kabar dan berita kehidupan diseputar kita.
Laporan keuangan pengobatan Pak Tri dan Bu Darwati akan kami sampaikan dalam email kami selanjutnya. Mohon bersabar.
Wassalamu’alaikum wa rohmatullahi wa barokaatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar