
Bermula pada suatu pagi bulan Ramadhan 1429 H yang lalu, Nurmiadi bangun seperti biasanya, hanya ada satu yang tidak biasa yaitu matanya yang terlihat membengkak. Dianggap hanya bengkak biasa maka waktupun berlalu begitu saja. Tak beberapa lama kemudian pemuda 21 tahun ini mengalami pilek yang tak berkesudahan, hidungnya mampet susah untuk bernafas, obat pengusir pilek yang dibelinya dari warung belum dapat meredakan.
Puncaknya, ketika Nurmiadi sedang berwudlu tiba-tiba dari hidungnya mengucur deras darah segar yang sulit dihentikan, segera dibawa ke dokter dan dokterpun belum bisa memberikan diagnosa pasti. Nurmiadi pulang dengan dibekali obat semprot yang digunakan untuk membersihkan hidung dari darah yang keluar.
Terdesak oleh rasa iba dan berpacu dengan penyakit yang semakin menjalar, keluarga ini akhirnya mengusahakan surat miskin untuk pengobatan, apa daya permohonan di pemerintah kabupaten Jembrana ditolak. Akhirnya dengan tekad yang menggunung, mereka memberanikan diri untuk membawa Nurmiadi berobat di RSUP Sanglah dengan status pasien umum. Dengan dihantui biaya yang mahal, prosedur pengobatan diikuti dengan seksama, mulai dari tes laboratorium, CT Scan, rontgen dan lain-lain. Tindakan medis yang tidak murah tentunya. Hasilnya, Tumor Sinunasal adalah penyebab mata bengkak dan hidung mampet Nurmiadi. Selama bolak-balik pemeriksaan Nurmiadi terpaksa menginap di Masjid Ukhuwwah.
Selama proses pengobatan, sang kakak, Nur Halim berusaha mencari dana untuk menutupi biaya pengobatan dan rencana operasi dan Alhamdulillah LAZ YKSU melalui dana dari para donatur sekalian dapat sedikit meringankan beban keluarga ini. Akhirnya, operasipun dilakukan, hasilnya segenggam daging tumor dalam bentuk potongan-potongan kecil diangkat dari rongga hidung Nurmiadi.
Bagaimana LAZ YKSU Menemukan Nurmiadi
Takdir Allah memang di luar dugaan manusia, kami menemukan kasus tumor Nurmiadi -pemuda yang gagal menikah karena keluarga si gadis mengetahui penyakitnya- ini tepat sehari setelah Pak Tri Cahyono meninggal dunia, bahkan mungkin belum ada 24 jam. Begini kisahnya. Kami kembali dari mengantar Pak Tri pagi hari sekitar jam 07.00 Wita. Turun dari ambulan masjid Ukhuwwah sambil membawa tabung oksigen kami menuju ke kantor LAZ YKSU. Di selasar masjid kami bertemu dengan petugas kebersihan masjid, Nur Halim, yang sedang beristirahat, saling tegur sapa hingga kami mengisahkan perjalanan yang baru saja kami lakukan, yaitu mengantar Pak Tri, pasien kanker sinunasal ke kampung halamannya meskipun akhinya Pak Tri ditakdirkan untuk meninggal dunia. Mendengar kisah itu, Nur Halim tersentak kaget dan langsung mengisahkan tentang penderitaan adiknya yang menderita pembengkakan di sekitar hidung dan mata, persis dengan awal penyakit Pak Tri.
Kamipun tidak kalah kaget, ditambah ketika mendengar bahwa sudah dua bulanan tidak dilakukan tindakan apapun. Akhirnya menanggapi permasalahan keluarga yang tidak memiliki biaya yang cukup, kami menyarankan untuk mencari surat miskin di daerahnya, meskipun akhirnya gagal setidaknya sudah diusahakan. Kemudian kami mendesak supaya segera di bawa ke RSUP Sanglah, soal biaya kami sampaikan akan mengusahakan. Ditambah usaha keluarga, Insya Allah akan tertutupi.
Akhirnya, semangat Nur Halim kembali menyala untuk melanjutkan pengobatan adiknya, dengan terus berkonsultasi dengan LAZ YKSU tentang berbagai hal, terutama prosedur-prosedur di RSUP Sanglah akhirnya sang adik dapat dioperasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar