Rabu, 28 Januari 2009

Edwar Ridwan, S. Ag. (Sahabat Amanah STIKOM Bali)


SETIAP MUSLIM WAJIB BERDAKWAH

 Sebagai seorang pengajar agama Islam, sejatinya seseorang tidak hanya bisa menyampaikan teori Islam di dalam kelas, namun juga harus bisa mengajak siswa untuk mengamalkan teori tersebut. Demikian tekad Edwar Ridwan, dosen sekaligus penasehat agama Islam di STIKOM Bali.
 Terhadap teman sekantor juga demikian, dia sering menghimbau mereka untuk tepat waktu menunaikan sholat, “Kalau sudah waktunya,” ujar asli Palembang ini, “Saya suka telepon teman-teman untuk sholat di masjid terdekat,”.
 Kepada mahasiswanya, lulusan IAIN yang juga pebisnis ini selalu mengajak mereka untuk sering berkumpul dan menimba ilmu agama. Forum PERMA (Pelajar Mahasiswa) yang terbentuk dua tahun lalu di STIKOM adalah salah satu asuhannya, “Anak muda perlu benteng untuk menghadapi perkembangan TI (Tekhnologi Informasi) yang semakin maju,” tuturya mengenai tujuan forum ini. 
Dengan atmosfir religius yang ditekankan di tempat kerja, terbukti syiar Islam semakin marak. Berbagai kegiatan sosial berhasil dilakukan dan pengumpulan zakat serta shodaqoh setiap bulannya dapat diorganisir dengan baik. “Saya berharap dengan adanya Lembaga Zakat semacam YKSU akan dapat menjangkau daerah terpencil baik di Denpasar maupun di luar Denpasar,” imbuhnya.
Bahkan dalam waktu dekat mereka akan mengadakan bakti sosial di Negara.
 Suami dari Raodhatul Jannah ini juga menekankan kepada yang lain untuk selalu menjalankan sunnah Rosulullah di segala kegiatan, “Jika semua kegiatan dilandasi dengan sunnah maka akan bermakna ibadah, tentu saja disertai dengan keikhlasan,” urainya.
 Sebagai sahabat amanah YKSU, Edwar mempunyai misi mendakwahkan shodaqoh ditempat kerjanya. “Nikmat dunia itu,” katanya, “Rasanya cuma sebentar, tapi kerjanya panjang. Tapi kalau ibadah, kerjanya sebentar nikmatnya panjang,” ujar Erwad yang menjadi dosen sejak tahun 2006 yang lalu. Dia mencontohkan bagaimana untuk memperoleh makanan diperlukan perjuangan panjang, mulai dari mencari bahan makanan hingga memasaknya. Namun begitu dinikmati hanya terasa dikerongkongan untuk selanjutnya dikeluarkan sebagai kotoran. Sebaliknya, ibadah seperti infaq. Sedikit yang kita keluarkan akan dibalas hingga 700 kali lipat, belum lagi kenikmatan yang dijanjikan di surga kelak. (uqi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar