Rabu, 28 Januari 2009

Ihsanuddin :

Periuk Ngepul Lewat Kerupuk
SIAPA sangka jika keputusannya berhenti bekerja di perusahaan perikanan di Benoa justru membuat Ikhsanuddin sukses merintis bisnisnya yang baru, kerupuk bawang. Berawal hanya memasarkan lima bungkus kerupuk milik kawannya, kini setelah lima tahun berbisnis ia bisa menghidupi enam orang karyawan. 
Ikhsanuddin berkenalan dengan bisnis kerupuk awalnya hanya coba-coba. Saat ia bekerja di sebuah perusahaan perikanan di Benoa Denpasar, ia memiliki kawan yang memiliki usaha pembuatan kerupuk dapur.
Mungkin karena tipe tak mau ada waktu terbuang percuma, Ikhsanuddin pun sepulang kerja pukul lima sore mendatangi tempat usaha kawannya guna mengambil kerupuk untuk dijual di warung-warung. “Waktu itu saya hanya menjual lima bungkus saja tiap hari sepulang kerja. Eh, ternyata kok laku, jadi ya keterusan,” kata Ikhsanuddin.
Melihat ada hoki di usaha ini, Ikhsanuddin kian bersemangat. Nalurinya pun semakin tajam. Dari kerupuk dapur, ia melihat peluang kerupuk bawang lebih besar. Lantas ia pun beralih memasarkan kerupuk bawang milik kawannya yang lain. Benar saja, kerupuk bawang yang dipasarkan laku keras. Daerah pasarnya pun meluas ke Negara dan Tabanan.
Dengan permintaan dan pasar yang makin luas, temannya yang pemilik usaha pun mulai kewalahan memenuhi pesanan. “Akhirnya saya disarankan untuk menggoreng dan memasarkan sendiri saja, dengan bahan dari dia. Sepertinya teman saya ingin melihat saya mandiri,” kata Ikhsanuddin.
Setelah dipertimbangkan masak-masak, Ikhsanuddin berketetapan untuk menekuni usaha ini. Ia pun nekat berhenti dari tempatnya bekerja yang sudah dijalaninya selama 12 tahun. Lantaran tak bisa menggoreng, Ikhsanuddin pun “berguru” pada temannya. Menurut Ikhsanuddin, menggoreng kerupuk bawang ada tekniknya agar hasilnya bagus dan lebih renyah.
Pertama kali mengolah sendiri, Ikhsanuddin mengaku hanya bisa menghasilkan sekitar 10 kg bahan kerupuk tiap harinya. Namun saat itu baginya sudah menjadi hal yang patut disyukuri. Apalagi kerupuknya sudah mulai banyak dikenal orang. “Alhamdulillah, walau baru merintis tapi sudah banyak langganan. 
Usaha kerupuk Ikhsanuddin pun bertambah laju, produksuinya pun meningkat. Kini ia bisa menghasilkan rata-rata 25 Kg bahan kerupuk, atau sekitar 210 bungkus kerupuk. Seiring dengan pesatnya usaha, Ikhsanuddin tak bisa bekerja sendirian.
Di sebuah bangunan sederhana di depan rumahnya, kini terdapat empat karyawan wanita yang membantu proses pengepakan di samping ada dua pria yang bertugas sebagai sales. “Saya sebenarnya juga turun sendiri untuk memasarkan, namun sekarang ada bisnis lain yang juga saya tangani, jadi akhir-akhir ini saya jarang turun,” ujar Ikhsanuddin yang kini tengah menekuni bisnis loundrynya.
Sebagai “bos”, Ikhsanuddin ingin melihat karyawannya betah dan bisa berkembang, oleh karenanya ia pun membantu uang muka untuk pembelian sepeda motor bagi kedua salesnya. “Bagi saya, karyawan adalah bagian penting. Mereka harus nyaman dan ke depan juga harus bisa mandiri,” katanya.
Ikhsanuddin adalah figure yang suka belajar dan bergaul. Dari pergaulan dan belajar itulah ia akhirnya mendapat hidayah untuk memeluk Islam. Pria yang dulu bernama I Putu Prabawa itu mengenal Islam saat ikut kakeknya transmigrasi ke Sumatera.
“Di sana saya banyak kawan beragama Islam, saya pun banyak belajar dari mereka selain membaca-baca buku,” ujarnya bersemangat.
Kini, Ikhsanuddin bertekad untuk mengembangkan usahanya agar bisa diteruskan oleh salah seorang anaknya. “Saya orang yang selalu bersyukur dan menikmati pekerjaan. Dan sebagai wujud syukur saya coba sisihkan untuk zakat,” ujarnya mengakhiri perbincangan. (nang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar