Jumat, 02 Januari 2009

Masliyah, Bermodal Kelapa Hidupi Empat Kepala

SEBERAT apapun hidup memang harus dijalani walau harus lintang pukang mencari rezeki. Sabar dan tetap optimis menjadi modal untuk tetap bertahan. Di jaman seperti ini, menghidupi empat anak yang masih sekolah hanya dengan mengandalkan berjualan es kelapa muda tentu terbayang betapa sulitnya. Dibilang tak mencukupi memang kenyataannya begitu, upaya lain terpaksa harus dilakoni.
Demikianlah Masliyah dan suaminya Maki menjalani hidup di Kota Denpasar yang segalanya nyaris harus dengan uang. Empat anaknya yang masih sekolah, masing-masing SD, SMP dan SMA memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Cuaca lumayan cerah ketika Ukhuwwah menemui Masliyah di tempat jualannya di depan sebuah sekolah dasar di Denpasar. Hanya sebuah gerobak sederhana menjadi andalannya mencari uang.
“Beberapa hari ini jualan agak sepi, maklum musim hujan,” ujar Masliyah mengawali perbincangan. Sudah empat jam Masliyah hari itu membuka dagangannya, namun baru tiga buah kelapa muda yang dipecah.
Tentu pertanyaan pertama yang ingin kami ketahui adalah apakah hasil berjualan es kelapa muda cukup untuk membiayai empat orang anak. Masliyah jujur mengatakan tidak cukup. 
“Kalau ditanya cukup, ya memang tidak cukup. Yang paling banyak menyita adalah biaya sekolah, terutama yang SMA,” ujar Masliyah.
Untuk mengatasi kekurangan keuangan, Masliyah menyediakan dirinya menerima panggilan dari orang-orang untuk sekadar membantu mencuci pakaian, menyeterika atau bersih- bersih rumah. “Jam berapapun orang butuh saya, saya akan datang. Yang penting bagaimana dapat tambahan uang,” lanjutnya.
Beasiswa dan Qordhul Hasan
Tahun ini, Masliyah dan keluarganya bisa tersenyum. Melalui Yayasan Kesejahteraan Sosial Ukhuwwah, dua orang anaknya yang duduk di SMP dan SMA dan dirinya mendapat bantuan.
Muhammad Isa Anshori dan adiknya Eka mendapat beasiswa Gema Bangsa, sementara untuk usaha dagangnya ia mendapat bantuan modal pengembangan usaha Qordhul Hasan dari Bank Syariah Mandiri melalui YKSU sebesar Rp 1 juta.
“Alhamdulillah, bantuan modal tersebut sekarang sudah berupa gerobak baru. Rencananya akan dagang tipat lontong,” katanya bersyukur.
Bantuan tersebut, kata Masliyah, sangat membantu meringankan bebannya. Setidaknya uang hasil jualan dan membantu orang bisa digunakan untuk keperluan lainnya, seperti membayar kontrakan rumah petak dua kamar seharga Rp 180 ribu perbulan. (nang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar