Kamis, 01 Januari 2009

Wirso, Penjual Siomai Berinfaq Tak Usah Tunggu Kaya


Wirso memang hanya penjual Siomai. Sosoknya bisa jadi mewakili warga pendatang yang mengadu nasib di Bali dengan menjadi pedagang kecil. Tiap hari ia mangkal di kawasan Jalan Gn Rinjani, Munang Maning. Dari pukul 11.30 hingga hari menjelang petang.
Sungguh sekilas tidak ada yang istimewa dari sosoknya. Gerobaknya yang sederhana seakan menampilkan kehidupannya yang sederhana pula. Soal penghasilan tentu saja tak pasti. Berapalah penghasilan penjual siomai seperti itu.
Namun ada yang menarik dari Wirso. Wirso ternyata sudah sekitar satu setengah tahun ini rutin berinfaq melalui YKSU. Di balik kesederhanannya itu, Wirso ternyata memiliki kesadaran sekaligus kepedulian tentang arti penting membelanjakan sebagian rejekinya untuk amal.
Dalam berinfaq, Wirso juga berpikir sederhana. Tak banyak pertimbangan atau perhitungan. Pokoknya saat bagian penjemputan YKSU mengunjunginya secara rutin tiap bulan, Wirso pun spontan berinfaq. “Saya tidak berpikir macam-macam. Bagi saya infaq itu penting untuk ditunaikan,” ucap Wirso lugu. 
Wirso menceritakan, awalnya ia berkenalan dengan salah seorang petugas YKSU. Dari situlah, ia tergerak untuk menginfaqkan sebagian rejekiyna. Soal jumlah, Wirso mengaku tak seberapa. “Memang tak banyak sih, namun yang penting ikhlas dan rutin. Saya juga ingin bisa lebih banyak lagi berinfaq,” katanya. 
Wirso yakin, walaupun jumlahnya tak seberapa, tapi apabila dikumpulkan dengan infaq umat lainnya dan dikelola dengan baik serta amanah oleh YKSU, akan bermanfaat bagi masyarakat.
Oleh karenanya Wirso berharap agar umat Islam tidak segan-segan berzakat maupun berinfaq melalui lembaga amil zakat. “Kalau boleh berharap, semoga kesadaran umat untuk berinfaq maupun bersedekah semakin baik. Namun itu semua memang kembali kepada kesadaran masing-masing tidak bisa dipaksa-paksa,” ujarnya. Wirso juga ingin bisa mengajak rekan-rekannya membiasakan diri berinfaq berapapun jumlahnya.
Semenjak rutin mengeluarkan infaq, Wirso merasa lebih tenang, karena sudah bisa berbuat untuk orang lain. “Soal yang lain, saya serahkan saja kepada Allah. Saya hanya berharap, semoga Allah memberika balasan setimpal,” harapnya.
Wirso mengaku sudah enam tahun berjualan siomai. Sebelumnya ia bersama kakaknya berjualan nasi goreng, Namun karena kurang berkembang, Wirso mencoba berjualan siomai. Alhamdulillah, walaupun perlahan, namun Wirso tetap bisa bertahan. Dibantu istrinya yang juga berjualan siomai, Wirso bisa menyekolahkan anak semata wayangnya yang saat ini bisa duduk di bangku SMP. (nang)

1 komentar: